top of page
  • Writer's picturemandostar

Era Emas Spanyol & Akhir Masa Jaya Timnas Spanyol di Piala Dunia 2014

Mandostar - Dunia mengakui hebatnya sepakbola Spanyol. Seperti yang terjadi pada tahun 2008-2013, Spanyol bersinar sangat terang dan sukses menyilaukan mata dunia. Dalam kurun waktu tersebut, timnas Spanyol sukses menyabet 3 trofi bergengsi, yakni dengan dua titel piala Eropa dan satu trofi piala dunia.


Era kejayaan timnas Spanyol bermula pada piala Eropa 2008. Pada ajang yang digelar di Austria dan Swiss itu, Spanyol sukses merebut supremasi tertinggi sepakbola Eropa. Kesuksesan Spanyol tak lepas dari peran seorang pelatih berpengalaman bernama Luis Aragones. Aragones yang membesut La Furia Roja sejak 2004 itu sukses memadukan pemain senior-junior menjadi sebuah kekuatan yang begitu dominan.


Di Piala Eropa 2008, Spanyol benar-benar tak terkalahkan. Spanyol mendapatkan 3 kemenangan pada fase grup, yakni atas Rusia, Swedia, dan Yunani. Kemudian, di babak perempat final, Spanyol berhasil menyingkirkan juara dunia 2006, Italia. Lalu, ada Rusia yang kembali harus menjadi korban keganasan Spanyol. Hingga ke babak final bentrok dengan Der Panzer, dan berakhir 1 - 0 dengan Spanyol keluar sebagai juara lewat gol tunggal Fernando Torres.


Timnas Spanyol saat menjuarai Euro 2008, awal era emas Spanyol mendominasi dunia.

Pergantian gaya permainan Spanyol bisa dibilang sebagai salah satu kunci kesuksesan mereka. Gaya matador dengan ciri khas individualnya diubah dengan gaya tiki taka yang mengedepankan permainan tim.

Selain itu, Spanyol juga disokong oleh Xavi Hernandez dan Andres Iniesta, dua gelandang jenius yang mengagumkan. Dengan adanya dua gelandang milik Barcelona tersebut, permainan tim matador semakin bernyawa. Selain itu keputusan berani mencoret kapten sekaligus penyerang Raul Gonzalez diganti dengan darah segar seperti pada diri Fernando Torres dan David Villa.


Spanyol kembali tampil dengan permainan tiki-takanya, saat tampil di ajang piala dunia 2010. Kali ini mereka dilatih oleh Vicente Del Bosque, menggantikan Luis Aragones yang mengundurkan diri pasca piala Eropa 2008. Meski dilatih oleh orang yang berbeda, pada kompetisi bergengsi yang digelar di Afrika Selatan tersebut, Spanyol menduduki posisi teratas.


Sayangnya, Spanyol terpaksa menelan kekalahan di laga pertama. Hebatnya, kekalahan itu tidak membuat Spanyol terpuruk. Bahkan, setelah kegagalan itu, Spanyol malah melaju mulus pada pertandingan-pertandingan berikutnya.


Timnas Jerman sempat kembali dibuat merana di babak semifinal. Gol tunggal Carles Puyol memaksa Jerman tertunduk lesu dan Spanyol bahagia, hingga kemudian mereka membuat sejarah dengan mengalahkan Belanda di partai puncak.


Kedigdayaan Spanyol kembali berlanjut saat Xavi, Iniesta, Fabregas, David Silva, Torres dan kawan-kawan berlaga di piala eropa dua tahun kemudian. Pada turnamen yang kembali dihelat di dua negara itu, Spanyol berhasil mempertahankan gelar yang diraihnya. Skuad asuhan Vicente Del Bosque mengalahkan Italia di laga final dengan skor 4-0.


Tiga gelar yang diraih dalam kurun waktu empat tahun itu membuat timnas Spanyol begitu melegenda. Namun seperti kata orang bijak, hidup itu kadang diatas kadang dibawah, begitulah yang dialami Spanyol. Akan selalu ada kisah pahit yang akhirnya memaksa dunia mengakui bahwa sinar terang Spanyol mulai redup. Gaya permainan tiki-taka mereka perlahan memudar.


Mereka juga tak mampu membawa pulang trofi piala konfederasi 2013 usai dihajar Brasil 3-0. Hingga puncaknya saat Spanyol terjun di piala dunia 2014, saat mereka berhadapan dengan Belanda. Meski awalnya sempat unggul, Spanyol terpaksa menyerah usai Belanda membobol gawang Casillas sebanyak lima kali.


Pada laga ini, gaya tiki taka timnas Spanyol hanya bertahan di 30 menit pertama. Setelahnya, mereka seperti kehilangan nyawa sampai permainan berakhir. Beberapa saat setelah laga usai, para pemain Spanyol tertunduk lesu dan berjalan dengan langkah gontai menuju ruang ganti.

Kiper Iker Casillas dan gelandang Xavi Hernandez memasang raut muka kecut dalam sesi jumpa pers. Xavi bahkan mengaku kalau ini adalah kekalahan paling menyakitkan dalam hidupnya dan menyebut permainan timnya sangatlah buruk.


”Ini kekalahan paling menyakitkan dalam hidup saya. Namun, kami masih di turnamen ini. Semua belum berakhir. Hari ini kami bermain sangat buruk, semuanya amat buruk,” ujar Xavi.


Kekalahan telak dari Belanda, membuat mental para pemain Spanyol menciut. Dan benar saja, La Furia Roja kembali tumbang saat bertemu Chile pada laga kedua fase grup. Spanyol takluk 2-0. Kekalahan itu membuat Spanyol secara tragis tersingkir dari perhelatan Piala Dunia 2014 karena belum punya poin sama sekali.


Raut kekecewaan Casillas, Iniesta, dan Torres saat Spanyol tersingkir di babak grup Piala Dunia 2014.

Kendati menelan kekalahan keduanya di Piala Dunia, harapan Spanyol pulang ke negaranya dengan membawa oleh-oleh masih terbuka lebar. Hal itu jika mereka mampu mengandaskan Australia pada pertandingan terakhir grup.


Pada partai melawan Australia, Pelatih Del Bosque melakukan sejumlah perubahan pada starting eleven timnya. Selain tampilnya Pepe Reina menggantikan Casillas di bawah mistar gawang, serta absennya Xavi Hernandez, Del Bosque pun memakai formasi dua striker dengan memasang David Villa dan Fernando Torres.


Dengan diubahnya perubahan tersebut, Spanyol berharap dapat memperbaiki keadaan. Dan benar saja, meski meraih kemenangan 3-0 atas Australia mereka harus puas dengan berada di peringkat ketiga grup B. Spanyol menjadi juara bertahan ketiga yang tersingkir di babak penyisihan grup, setelah Prancis pada 2002 dan Italia pada 2010.


Redupnya performa Spanyol di piala dunia 2014 dinilai karena pelatih Vicente Del Bosque belum berani keluar dari posisi nyaman untuk memberi kepercayaan kepada pemain muda. Del Bosque masih sayang kepada para pemain senior. Hasilnya, permainan Spanyol mudah terbaca. Tiki-taka tak bekerja. Hal ini sejalan dengan pemikiran pelatih kawakan asal Portugal, Jose Mourinho. Menurutnya, Spanyol gagal di piala dunia 2014 karena mereka tidak memiliki rencana cadangan.


Lebih lanjut, Mourinho mengatakan, Spanyol memang mendominasi sepakbola selama empat hingga enam tahun sebelumnya. Karena itu tim-tim lain sudah lama mempelajari bagaimana cara melawan mereka.

Namun, sang juara bertahan sepertinya tidak mampu beradaptasi sehingga gagal memberi respons. Andres Iniesta juga membeberkan penyebab utama kegagalan tim yang dibelanya di Piala Dunia 2014. Menurut Iniesta, tak ada pemain yang berjiwa pemimpin di skuat Spanyol.


Berikut ini video youtube singkat cuplikan kisah Timnas Spanyol di era emasnya hingga berakhir di Piala Dunia 2014 seperti dilansir Starting Eleven Momen.



31 views0 comments

Kommentarer


Post: Blog2 Post
bottom of page