top of page
  • Writer's picturemandostar

LEGENDA: Dennis Bergkamp, The Non Flying Dutchman dan Seniman Sepakbola


Mandostar - Dennis Bergkamp adalah seorang maestro sepak bola saat masih aktif sebagai pemain. Namanya abadi bagi para penggemar tim London Utara, Arsenal.


Sebelum dikenal sebagai legenda Arsenal, Bergkamp hanyalah seorang anak bungsu dari empat bersaudara dari pasangan Wim dan Tonnie Bergkamp. Semasa kecil, Bergkamp dibesarkan di pinggiran kota kelas pekerja, dalam sebuah keluarga yang bekerja keras untuk bisa masuk dalam kalangan kaum menengah ke atas.


Sebagai kepala keluarga, Tonnie bekerja sebagai seorang tukang listrik. Selain itu, Tonnie juga seorang pesepakbola amatir di kompetisi non-elite.


Konon kecintaan Tonnie terhadap sepak bola membuat ia menamai anak bungsunya dengan nama lengkap Dennis Nicolaas Maria Bergkamp.


Kata 'Dennis' berasal dari legenda sepak bola asal Skotlandia, Denis Law, yang mencetak 171 gol saat membela Manchester United pada 1962-1973. Namun agar nama tersebut diterima sebagai warga negara Belanda, Tonnie menambah huruf 'n' untuk si bungsu sehingga menjadi 'Dennis'.


Bergkamp dibesarkan sebagai seorang penganut Katolik oleh keluarga dan secara rutin pergi ke gereja. Walau pada kemudian hari Bergkamp mengaku bosan pergi ke gereja, nyatanya hingga kini ia tetap sebagai pribadi yang beriman.


Pahlawan sepak bola masa kecil Bergkamp adalah gelandang Timnas Inggris, Glenn Hoddle. Ia mengagumi Hoodle karena menilai pemain tersebut memiliki sentuhan yang lembut saat bermain sepak bola.


Selain itu, Bergkamp juga mengagumi legenda Belanda, Johan Cruyff, yang menjadi pelatih dia saat di Ajax pada 1981. Di usia 11 tahun, Bergkamp dilatih Cruyff yang merupakan peraih tiga kali Ballon d'Or (1971, 1973, 1974).


Saat Bergkamp berusia 17 tahun, Cruyff memberikan dia kesempatan untuk melakoni debut profesional lawan klub lokal asal Belanda, Roda JC, pada 14 Desember 1986. Pertandingan tersebut berakhir dengan skor 2-0 untuk kemenangan Ajax tanpa sumbangan gol dari Bergkamp.

Bergkamp baru mencetak gol perdana untuk Ajax senior, ketika melawan HFC Haarlem pada 1987. Di laga itu, Ajax menang dengan skor 6-0.


Selama tujuh tahun membela Ajax, Bergkamp mencetak 103 gol dari 185 penampilan. Catatan tersebut yang kemudian membuat dia diminati sejumlah klub Eropa.


Cruyff menyarankan dia untuk tidak bergabung dengan Real Madrid. Mungkin hal itu disebabkan lantaran pengaruh Cruyff yang bermain untuk Barcelona saat masih aktif bermain.

Kebetulan, Bergkamp lebih tertarik bermain di Italia. Ia menganggap Liga Italia sebagai liga paling bergengsi di dunia saat itu. Pilihannya dua, antara Juventus atau Inter Milan.


Dennis Bergkamp ketika memperkuat klub Inter Milan.

Pada 16 Februari 1993, Bergkamp menyepakati kepindahan dari Ajax ke Inter Milan dengan nilai £7,1 juta atau berkisar 102 miliar rupiah jika dikonversikan dengan nilai tukar saat ini. Jumlah tersebut termasuk dengan rekan setimnya di Ajax, Wim Jonk.


Imajinasi indah bermain di Inter Milan bertolak belakang dengan kenyataan di lapangan. Sempat bersinar di musim pertama, sinar Bergkamp redup di musim kedua.


Serangkaian cedera mulai menyerang Bergkamp. Di luar lapangan, ia dinilai sebagai sosok yang pemalu dan apatis. Hal ini menyebabkan hubungan dia ke awak media dan penggemar menjadi kurang harmonis.


Masa depan Bergkamp untuk memperkuat tim utama pun semakin tidak jelas karena pihak klub lebih menyukai Maurizio Ganz. Bergkamp akhirnya memutuskan untuk hengkang ke Arsenal dengan nilai £7,5 juta pada Juni 1995. Di klub ini, ia menjadi legenda.


Musim pertama di Arsenal, Bergkamp mencatat 11 gol dari 33 penampilan. Jerih payah dia membantu menempatkan The Gunners di peringkat kelima dalam klasemen Liga Primer Inggris.


Total 11 musim Bergkamp habiskan masa di Arsenal. Delapan puluh tujuh gol dicetak dari 315 penampilan. Berbagai gelar juara dan penghargaan pun berhasil ia raih. Pencetak gol terbaik Liga Primer Inggris pada 1997/1998 dan 2001/2002 tersebut sukses mengantarkan Arsenal meraih tiga gelar juara Liga Primer Inggris pada 1997/1998, 2001/2002, dan musim 2003/2004 yang merupakan musimnya tim "The Invicible" Arsenal.


Dennis Bergkamp dengan trofi Premier League nya bersama Arsenal.

Pada 16 April 2006 adalah hari bersejarah bagi Bergkamp dan Arsenal. Hari itu merupakan partai terakhir Bergkamp memperkuat Arsenal, saat timnya menghadapi West Bromwich di Stadion Emirates.


Suporter menamakan hari itu sebagai 'Dennis Bergkamp Day' yang mendedikasikan akan kehebatan Bergkamp dan kontribusinya terhadap kebesaran klub Arsenal. Saat itu Bergkamp masuk pada babak kedua menggantikan Robert Pires. Ia membuat gol yang membawa kemenangan Arsenal 3-1 atas lawannya. Itu adalah gol terakhirnya untuk Arsenal.

Pada 14 Juli 2008, Bergkamp dinobatkan sebagai salah satu dari 50 pemain besar The Gunners, seperti juga Thierry Henry.


Menjadi legenda di klub Arsenal bersama dengan Thierry Henry dan Pires.

Atas jasanya di Arsenal, sosok pemain yang takut berpergian dengan pesawat ini dibuatkan patung di luar Stadion Emirates. Patung perunggu tersebut pertama kali diperkenalkan pada 2014.


Selain itu, dalam 79 kali penampilannya bersama timnas Belanda sampai 2000 (tahun ketika ia pensiun dari timnas), total ia berhasil mencetak 37 gol. Namun, rekor golnya ini tidak bertahan cukup lama karena berhasil dilewati oleh Patrick Kluivert, Klaas-Jan Huntelaar, dan Robin van Persie.


Golnya yang paling berkesan bersama timnas Belanda adalah waktu mencetak gol ke gawang Argentina di perempat final Piala Dunia 1998, yang juga dikenang sebagai gol terbaik di Piala Dunia masa itu.


Gol cantik Bergkamp ke gawang Argentina di Piala Dunia 1998 yang menjadi gol terbaik di turnamen tersebut.

Fobia Terbang


Awal mula Bergkamp menderita fobia terbang adalah saat masih bermain untuk klub Ajax di tahun 1986. Gara-garanya, dia kerap kali menempuh perjalanan jauh naik pesawat kecil untuk bertanding.


Seperti yang juga ditulis dalam biografi bukunya 'Stillness and Speed', pemain Belanda ini pernah melintasi Gunung Etna yang merupakan gunung berapi di kawasan Catania, Italia. Bergkamp yang ketika itu berusia 20-an tahun, naik pesawat kecil dan melihat pemandangan mengerikan di luar jendela pesawat.


Pesawatnya masuk ke gumpalan awan, yang mana hanya terlihat warna putih dan abu-abu saja. Ditambah guncangan yang kuat, Bergkamp mengaku gemetar sepanjang penerbangan.

Sehabis itu, Bergkamp punya deretan pengalaman yang makin membuatnya takut naik pesawat. Seperti kala sedang berkostum Inter Milan di tahun 1993-1995, dia melihat baling-baling pesawat yang kecil ketika hendak terbang dari Milan ke Florence untuk menghadapi Fiorentina. Dia langsung berkeringat dingin, membayangkan apa yang terjadi jika naik pesawat seperti itu!

Terakhir adalah di tahun 1994, saat dirinya memperkuat timnas Belanda dan sedang terbang ke AS di ajang Piala Dunia. Di dalam pesawat, seorang wartawan bercanda dirinya membawa bom. Sontak, seluruh penumpang panik termasuk Bergkamp yang takutnya setengah mati. Wartawannya didenda dan dihukum penjara, sementara Bergkamp sudah mencapai klimaks ketakutan naik pesawat.


Semanjak itulah, Bergkamp bersumpah tidak akan terbang naik pesawat demi alasan apapun. Dia sering tidak fokus di lapangan, kala memikirkan pesawat apa yang akan ditumpangi dan kondisi cuaca setelah bertanding.


Waktu menandatangi kontrak dengan Arsenal, Bergkamp pun menegaskan tidak mau menggunakan transportasi pesawat dan memilih untuk perjalanan darat. Pihak Arsenal yang awalnya setuju, lama-lama keberatan.


Bayangkan, Bergkamp kerap kali absen di ajang Liga Champions atau UEFA CUP (sebelum berganti nama jadi Europa League) saat menghadapi tim-tim dari negara berlokasi jauh dari London. Kadang bisa dipaksakan dengan naik bus, tapi malah jadi bumerang karena Bergkamp malah kelelahan lebih dulu sebelum bertanding.


Fobia terbang Bergkamp pun tak kunjung sembuh, walau pihak klub Arsenal memberikannya terapi dan psikiater. Pelatih Arsenal, Arsene Wenger sungguh menyesalinya. Menurutnya, pemain berambut pirang itu bisa lebih banyak mencetak gol dan meraih banyak titel juara kalau tidak ada masalah takut naik pesawat.


Sampai saat ini, Bergkamp masih takut naik pesawat. Terbukti, saat klub Ajax datang ke Indonesia pada tahun 2014 kemarin. Bergkamp yang menjabat sebagai asisten pelatih, tidak ikut datang dan membuat sebagian fans Ajax dan Arsenal kecewa.


Bergkamp tetaplah Bergkamp. Sempat diberi julukan Flying Dutchman, tapi fans Arsenal malah menjulukinya Non-Flying Duchtman. Legenda yang ditakuti di lapangan hijau... yang anti terbang.

Bagi yang ingin melihat video dokumenter lengkap karier Bergkamp di Arsenal bisa dilihat di video youtube berikut ini.


Berikut ini video youtube profil singkat Dennis Bergkamp seperti dilansir Starting Eleven Story.



33 views0 comments

Kommentare


Post: Blog2 Post
bottom of page