Mandostar - Pemain yang satu ini seorang pemain sepak bola pernah bermain pada dua posisi yang bertolak belakang dengan sama baiknya? Bagi banyak orang hal itu adalah hal yang luar biasa, dan hampir mustahil dilakukan.
Memang tidak banyak pemain yang bisa memerankan dua posisi. Apalagi jika posisi yang dimaksud adalah kiper dan striker. Situasinya bisa sedikit berbeda jika posisi yang dimaksud gelandang dan bek, bek dan striker, atau gelandang dengan striker.
Tapi lagi-lagi, bagaimana jadinya jika posisi yang diemban adalah kiper dan striker? Inilah yang dialami salah satu legenda terbesar Meksiko, Jorge Campos.
Siapa yang menyangka jika sebelum terkenal sebagai kiper jempolan, dia adalah bomber haus gol. Mengawali debut pada 1988 silam di klub Meksiko, Pumas Unam, ia berhasil menyarangkan 14 gol pada musim 1989-1990.
Hebatnya lagi, pada musim tersebut Campos juga bertugas sebagai kiper cadangan. Tentu, legenda sepak bola terbesar dunia sekali pun tak mampu melakukan hal seperti ini.
Modal Sepak Bola dari Hobi Selancar
Jorge Campos lahir di Acapulco, sebuah kawasan pantai paling terkenal di Meksiko. Faktor lingkungan membuat dia jadi akrab dengan dunia air, terutama olahraga selancar.
Dari selancar lah dia mendapat kekuatan, kecepatan, kelincahan, dan rasa percaya diri tinggi. Hampir setiap hari, baik pagi maupun siang ia selalu pergi ke pantai untuk berselancar bersama teman-temannya.
Campos juga tahu betul beberapa teknik berselancar, ke arah mana dia bergerak untuk mengikuti ombak, hingga kapan waktu yang tepat untuknya bertindak agar tidak termakan ombak. Cara-cara ini pula yang kemudian diaplikasikan ke dunia sepak bola.
Bukan perkara mudah bagi Campos menentukan nasibnya sendiri. Pantai adalah rumah dan kehidupannya. Tapi dia juga harus meninggalkan Acapulco untuk mengejar mimpi lain menjadi pesepak bola.
Pria kelahiran 1966 akhirnya pindah ke ibu kota, Meksiko City, dengan masuk ke akademi Universidad Nacional. Setibanya di sana, dia kembali dibuat bimbang. Seperti dikutip dari These Football Times pelatih memberinya dua pilihan berat, ingin diam sebagai penjaga gawang atau maju sebagai penyerang.
Bukan tanpa alasan pelatih Universidad Nacional menawarinya dua pilihan yang bertolak belakang. Sang pelatih melihat Campos sebagai sosok yang komplet. Dia punya kecepatan dan kelincahan layaknya striker. Di sisi lain, dia dianugerahi refleks dan jangkauan yang luas seperti seorang kiper.
Kelebihannya itu dia dapat dari kebiasaannya berselancar selama di Acapulco. Singkat cerita, Jorge Campos akhirnya memutuskan untuk jadi kiper.
Keputusan ini terbilang cukup dilematis. Di klub yang kini bernama Pumas Unam sudah ada Adolfo Rios yang dalam lima musim sebelumnya selalu dipercaya sebagai kiper utama.
Campos kalah dalam beberapa hal dari Adolfo Rios. Dia tidak memiliki tinggi ideal layaknya seorang penjaga gawang. Pengalamannya juga belum teruji di kompetisi resmi.
Tidak ingin bakat luar biasanya sia-sia, pelatih kemudian memberinya tanggung jawab lebih. Yakni sebagai kiper cadangan, sekaligus seorang striker. Selama satu tahun dia bermain sebagai striker.
Pada musim 1990-1991 Campos akhirnya ditunjuk sebagai kiper seutuhnya. Menggusur Adolfo Rios yang memilih hengkang, dia pun mulai mencatatkan tinta emas di belantika sepak bola.
Pada musim tersebut, kiper yang hanya memiliki tinggi badan 168 sentimeter langsung menggondol piala. Ia membawa Pumas Unam juara Liga Meksiko, mengalahkan saingan terberatnya, Club America.
Pada musim tersebut, Pumas menjadi pusat perhatian karena gaya permainannya. Mereka menerapkan garis pertahanan yang tinggi dan membuat semua pemain ambil bagian dalam membangun serangan, termasuk sang penjaga gawang.
Skema ini ternyata berasal dari ide brilian Jorge Campos. Pengalamannya sebagai striker membuat dia bisa membaca permainan. Dia pula yang mengatur lini belakang. Bahkan tidak jarang dirinya maju sampai nyaris ke tengah lapangan.
Menjadi Simbol Kehebatan Meksiko
Tampil luar biasa bersama klub, mantan pemain Los Angeles Galaxy akhirnya merasakan jersey timnas Meksiko. Ajang Copa America 1993 jadi turnamen debutnya.
Ajaibnya, Meksiko yang bertindak sebagai undangan pada ajang tersebut sukses menembus final. Sempat kalah dari Kolombia di laga pertama fase grup, El Tri mampu bangkit pada dua laga berikutnya saat mengimbangi Argentina dan Bolivia.
Mereka lolos ke perempat final dengan predikat peringkat tiga terbaik. Di perempat final anak asuh Miguel Mejia mengalahkan Peru dan menyingkirkan tuan rumah Ekuador di semifinal.
Tembok kokoh bernama Campos ketika itu baru bisa diruntuhkan oleh Argentina pada laga final. Dia tidak berkutik ketika Gabriel Batistuta dua kali membobol gawangnya lewat tendangan keras.
Kekalahan di final Copa America dibayar tuntas Meksiko kala bertanding di turnamen Gold Cup. Menariknya, kompetisi untuk negara-negara Amerika Tengah dan Utara itu hanya berjarak sebulan setelah Copa America.
Bertindak sebagai tuan rumah, El Tri tampil beringas. Martinik dan Kanada mereka hancurkan 9-0 dan 8-0 di penyisihan grup. Jamaika kemudian jadi korban keganasan Meksiko di semifinal lewat kemenangan 6-1.
Kegilaan Hugo Sanchez dan kolega ternyata masih berlanjut di final. Menjamu Amerika Serikat di hadapan 131 ribu penonton yang memadati stadion Azteca, mereka menang 4-0 melalui gol yang dicetak Ignacio Ambriz, Desmond Armstrong, Zaguinho, dan Guillermo Cantu.
Kehebatan Campos berlanjut setahun kemudian. Di ajang paling prestisius sejagad, Piala Dunia 1994, namanya masuk dalam buku sejarah.
Memang, kiper mungil ini tak mampu membawa Meksiko berprestasi tinggi. Dia hanya sanggup membawa negaranya sampai 16 besar saja. Tapi pada Piala Dunia 1994, yang notabene jadi Piala Dunia pertamanya, ia terpilih sebagai kiper terbaik ketiga versi FIFA tahun 1994.
Filosofi Jersey Eksentrik Sebagai Identitas
Satu hal yang membuat Jorge Campos gampang dikenali adalah jersey eksentrik yang selalu dia kenakan. Berbeda dari pemain lain, seragam yang dpakai sang kiper tampak mencolok.
Terkait seragam tanding, ada filosofi kuat di balik keputusan legenda yang gantung sepatu 2004 silam itu. Jersey penuh warna, juga berukuran lebih besar dari badannya, menggambarkan kota kelahirannya, Acapulco.
Ya, Acapulco yang penuh warna, hingar bingar warga, dan kegembiraan orang-orang yang berada di pantai dibingkai Campos lewat jersey nyentriknya. Hebatnya lagi, dia sendiri yang merancang semua jersey tersebut.
Tak bisa dipungkiri jika zirah tempur sang penjaga gawang turut membesarkan namanya di dunia sepak bola. Sampai sekarang tidak ada lagi pemain yang punya keberanian dan menunjukkan kebanggaan asal usulnya lewat jersey selayak Jorge Campos.
Sepanjang karier profesionalnya, pria yang kini menjabat sebagai asisten pelatih Meksiko memang tidak mencetak banyak gol seperti Luis Chilavert maupun Rogerio Ceni. Tapi dia mampu mendikte permainan, menghentikan serangan lawan layaknya pemain depan. Total gol selama karirnya adalah 40 gol (39 gol untuk Pumas UNAM dan 1 gol untuk Atlante).
Di lapangan, dia adalah simbol kebebasan dalam bermain dan berpenampilan. Dia juga bukti bahwa kekurangan pesepak bola bisa jadi senjata utama dalam membuktikan kehebatan sebenarnya.
Berikut ini bisa dilihat video youtube sekilas profil kiper legendaris Meksiko Jorge Campos.
Comments